Masak-masakan


Entah memang karena terpaksa atau memang karena ini bulan Ramadhan (yang kata orang merupakan momen yang baik untuk memulai kebiasaan yang baik. ah, alasan!). Saya punya hobi baru:cari-cari resep masakan di internet. Lumayanlah untuk mengusir penat dan bosan di kantor. Saya kebingungan setiap hari, nanti pulang kerja mau masak apa. Mungkin ini juga yang menjadi kebingungan ibu-ibu rumah tangga. Saya jadi membayangkan gimana kalau sudah bertahun-tahun.Berapa kali mereka masak sayur kangkung...udah berapa ratus kilo kangkung yang dimasak. Eh tapi imajinasi itu nggak menjawab kebingungan saya, justru menambah kebingungan baru.

Saya suka makan, suka masak juga. Saya nggak tahu apa definisi masak saya ini sama dengan orang-orang. Saya lebih suka menyebutnya main. Main di dapur. Dibilang masak ya nggak juga. Karena saya melakukannya sesuka hati. Nggak ada resep, nggak ada aturan, suka suka, bebas merdeka. Masak itu ngilangin stres. Paling tidak, bagi saya begitu. Saya ketawa sendiri kalo masakan saya gosong atau gagal, atau kebanyakan garam, atau kurang mateng, atau...hahaha. Tapi masak juga menumbuhkan keberanian, menyadari konsekuensi, memberi pelajaran, dan tentu kenangan. Saya jelas harus hati-hati menambahkan bumbu. Tapi mengingat tidak ada aturan atau resep masakan, saya harus berani mencipta rasa. Takut gagal itu pasti. Tapi toh saya makan sendiri. Kalo nggak enak, ya harus tetap dimakan meski sambil meringis. Biarin.
Masak juga membuat saya disiplin. Terkadang menunggu rebusan matang itu sangat mengganggu. Bikin galau. Ditinggal tidur, bisa kebakaran. Ditungguin, bikin gila karena saya bukan penyabar. Begitulah. Masak.
Saya jadi ingat, dulu jaman sekolah dasar, saya sering bosan. Dari kebosanan itu, muncullah "kemampuan" menggambar (teman-teman saya menyebutnya begitu. padahal maaahh....oret oretan aja). School's improving your drawing skills. And now, I guess faraway from home is improving your cooking skills. Kalau sebelumnya saya cuma bisa masak tumis tumis ini itu, sekarang saya bisa bikin makanan berkuah santan. Yes! Ini prestasi. Ini pencapaian.
Mungkin tidak seberapa kalau dibandingkan dengan acara-acara lomba masak di teve itu. Tapi paling tidak, saya sudah mencoba hal baru dan berhasil. Manisnya keberhasilan bukanlah pada pujian yang diterima, tapi justru pada semangat untuk mencoba sesuatu yang lebih dari yang sudah-sudah. Optimisme. Hanya itu. Karena selama ini, saya lupa optimis.
Tapi keberhasilan saya masak ini bukannya saya dapat begitu saja. Ada rasa sedih yang terselip di sela-sela irisan. Saya masih kehilangan. Tidak ada ibu di sini yang menyaksikan. Tidak ada ibu yang harusnya menuntun dan memberi saran. Ah, ibu.
Meski Nana bilang masakan saya enak, tapi daaaammnn, bagi saya nggak sama dengan yang ibu bikin di Jakarta sana. Sama sekali nggak sama. Not even close. Hah.
Kadang, rasa kangen itu mengganggu. Masak jadi nggak konsen. Masakan jadi nggak rata bumbunya. Apalagi pas bikin bihun goreng yang agak susah ngaduknya. Hahahah, alasan.





Komentar

  1. wah pinginn nii jadinya...
    masakan2 kakak..umhhhh yummi bgt

    BalasHapus
  2. memasak itu perpaduan logika, rasa, dan selera. kalau keindahannya mah gak penting2 amat. gosong gak masalah selama rasanya masih oke. yang paling menyenangkan adalah ketika makanan yang kita masak dimakan sama banyak orang. tapi, jangan ampe banyak orang yang makan itu tau kalau makanan yang mereka makan adalah maasakan kita (gua, maksudnya).. ahahhahaha... cooking is fun.

    BalasHapus
  3. asik, nongol juga lo akhirnya di marih. lo membengkalaikan tumblr kah? gw liat-liat nggak ada update. eh gw kan lagi ngambek sama lo...resek lo jarang sms gw. resek...sebel. hu!




    eh, lo mau oleh-oleh apa?

    BalasHapus
  4. gar.. nyicip dong masakan lo.. aih, udah selangkah lebih maju nih...

    gambar bagus gitu dibilang coret-coretan? haduuu...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer